Lovely Blossom
Cast :
Lee Dong-hae
Kim Yoon-rae
Kang Ji-yeon
as Yoon-rae’s BFF
Park So-ra
as Classmate
Disclaimer: This story is based on Full Blossom Love Comic by Hisa
Kyomachi
Silahkan di comment yah ^^ Happy Reading
---------------------------------------------------------------------------------------
Suatu sore…
“Yoon-rae-ah! Ada gadis yang kusukai
jadi kau harus membantuku!” seru Dong-hae saat masuk ke
kamarku. Aku yang sedang membaca majalah di kamar terkejut saat dia masuk
secara tiba-tiba.
“Tidak mau” kataku
menolak.
Ia melihat padaku dengan muka memelasnya namun tetap memaksakan sambil berkata,
“Aku hanya bisa minta tolong kepadamu.
Tolonglah”.
“Jangan karena aku teman masa kecilmu
kau bisa minta hal seperti itu. Kau kan sudah dewasa, berusahalah sedikit. Dan
juga kalau kau mau masuk kamarku gunakan pintu. Jangan selalu menyebrang dari
balkon.” Kataku
menolak lagi.
Dia selalu
menggunakan akses balkon kamarnya untuk ke balkon kamarku hanya karena kamar
kami bersebrangan dan berdekatan.
Ia terlihat
kesal dan pergi, “Yasudah kalau kau tak
mau membantuku. Aku pergi saja” ujarnya sambil menyebrang ke kamarnya.
Aku langsung
merebahkan diri di kasur, ‘Huaahhh kenapa dia tidak mau mengerti sih? Dasar
bodoh! Apa kau tidak memahami perasaanku?’
kesalku.
---------------------------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya….
“Kau lama sekali sih” gerutunya sambil menungguku keluar
dari rumah. “Sedang apa kau?”
tanyaku.
Ia berdiri dan tersenyum, “Kita
kan selalu berangkat kuliah bersama.” Senyum itu, aku tercekat diam dan
begitu aku kembali sadar, aku melangkah duluan dengan kesal. “Kalau kau sudah pacaran dengan gadis yang
kau sukai, ia pasti tidak akan suka melihatmu berangkat kuliah denganku setiap
pagi seperti ini.”
Ia mengejar langkahku yang cepat sambil berkata, “Itu kan hal yang berbeda.”
‘Kenapa kau
tidak mengerti!’ batinku.
“Walaupun beda,
dia mungkin bisa menganggap kita punya hubungan yang lebih daripada teman masa
kecil” kataku.
“Kau berkata begitu karena kau sudah
punya orang yang kau sukai kan?” katanya.
‘Kenapa kau tidak peka sih?!” batinku lagi.
Aku
kesal dan membalasnya, “Kalau iya
memangnya kenapa?” dia hanya menjawab, “Ah,
begitu. Seperti apa orangnya?”
‘Dasar bodoh’
kesalku.
---------------------------------------------------------------------------------------
University of Seoul
Aku sedang
menunggu kelas berikutnya bersama Ji-yeon. Karena masih dimulai 1 jam lagi,
kami pergi ke kantin dan aku membeli jus strawberry kesukaanku. Sambil
mengobrol dengannya, aku menceritakan kekesalanku kemarin.
“Hahh mungkin aku harus berubah lebih feminim dan manis.” Kataku.
“Buat apa? Kau sudah feminim sejak
liburan musim panas kemarin kok. Bahkan ada gossip kalau kau sering
diperhatikan para senior loh.” Katanya.
“Eh lihat!
Ada senior Kim yang katanya suka padamu. Itu dia duduk di arah jam 8 di
belakangmu!” kata Ji-yeon lagi.
Aku hanya diam dan tidak berani menoleh ke
belakang. “Ah gawat” pikirku, kenapa
aku jadi gugup begini?
Tiba-tiba sebuah
tangan mengambil minuman dari tanganku, “Aku
minta yah.” Kata Dong-hae. Ia langsung meminum jusku sampai habis.
“Ah, maaf jadi habis hehe. Sebagai
gantinya aku beri roti coklat kesukaanmu yah.” Katanya lalu pergi.
Ji-yeon tercengang melihat itu, “Yah. Kau lihat itu? Dia seperti ingin
memonopolimu, seakan mengatakan kalau ‘Yoon-rae itu milikku’. Bukankah tadi
bisa dibilang ciuman tak langsung?” kata Ji-yeon antusias.
“Tidak mungkin. Itu hanya karena ia
mengganggapku teman masa kecil jadi dia bisa seenaknya padaku. Lagipula kan
sudah ada gadis yang dia sukai” Ujarku.
Yah mungkin
dia menganggapku seperti saudara karena aku hanya teman masa kecilnya jadi hal
seperti tadi hanya hal yang biasa.
Tapi tunggu…....
Dia kan tidak suka minum jus strawberry….
---------------------------------------------------------------------------------------
“Yoon-rae-ah, mana model rambut yang
kau suka dari dua gambar ini.” Katanya sambil menunjukkan gambar model dari majalah. Aku
melengos pergi, “Mana pun bagus.”
“Yah aku butuh pendapatmu. Mungkin
kau bisa membantu.”
Katanya.
“Buat apa butuh pendapatku? Kau
mengubah model rambut untuk gadis yang kau sukai. Mungkin dia punya kriteria
sendiri jadi aku tidak mungkin tahu mana yang dia sukai” kataku kesal
“Yah kau galak sekali. Kenapa kau
tidak lembut sedikit? Aku lebih suka gadis yang lembut dan feminim” katanya
Aku tambah
kesal mendengar perkataannya, “Memang dia
orang yang akan terkesan dengan model rambut?! Bagaimana pun kau tetap Lee
Dong-hae, jadi model rambut apapun tidak akan merubah apa-apa.”
“Dia memang bukan orang seperti itu.
Tapi aku ingin terlihat keren di depannya. Kau mengerti kan?” katanya kepadaku
“Terserah padamu!” kataku kesal sambil pergi
meninggalkannya
Aku benci
kau Lee Dong-hae!
Tapi… aku
lebih benci pada diriku.
---------------------------------------------------------------------------------------
Keesokan paginya…
Hari ini aku
sengaja berangkat lebih awal. Aku menghindari Dong-hae yang mungkin akan
menungguku di depan rumah lagi. Aku tidak ingin menerima kenyataan kalau dia
menyukai gadis lain dan bukan diriku.
“Yah Dong-hae! Ada apa dengan model
rambutmu?” Tanya Ji-yeon
sambil bingung. Dong-hae mengubah gaya poninya dan datang ke kampus dengan
santainya. Rambutnya juga di cat menjadi kecoklatan.
“Kau kenapa?” tanyaku saat menghampirinya.
Ia
menatapku dengan sinis, “Kau yang bilang terserah
kan?” tatapannya berbeda. Tatapannya terlihat kesal kepadaku. Aku tidak
pernah melihatnya seperti ini kepadaku.
Aku pikir
kau tidak akan melakukannya. Tolong jangan menatapku seperti itu…
“Wah! Ternyata kau suka menata rambutmu yah”
kata So-ra menghampiri Dong-hae. So-ra merupakan salah satu gadis yang bisa dibilang agak popular di angkatanku. Gosipnya, ia merupakan anak seorang
pejabat.
“Yah
begitulah.” Kata Dong-hae tersenyum.
“Ternyata model rambut apapun cocok
denganmu yah” kata So-ra
semangat.
Dong-hae kembali tersenyum, “Memangnya
kau stylist? Menilai orang seperti itu”
“Aku memang calon stylist tahu! Mau
kubantu untuk menata rambutmu?” jawab So-ra
“Hmm bolehlah jika itu membuatku
semakin keren.”
Jawab Dong-hae dengan senyumannya.
Hatiku
terasa sesak melihat mereka. Dong-hae memamerkan senyum yang ia biasa tunjukkan
padaku.
Apa jangan-jangan Dong-hae...???
Ah! Tiba-tiba aku merasa seperti akan
menjauh dari Dong-hae...
Aku pun
pamit pada Ji-yeon, “Aku mau ke klinik
dulu. Aku merasa kurang sehat.” kataku berlari pergi.
---------------------------------------------------------------------------------------
Aku hanya
terdiam di bangku taman tempat sering bermain dulu. Ah rasanya Dong-hae semakin
menjauh dariku. Air mataku serasa menetes dan benar saja aku menangis. Kenapa
kau bodoh Lee Dong-hae! Kenapa kau tidak memahami perasaanku?
Aku berusaha
meniru tipe gadis yang disukainya. Aku berubah feminim. Aku bahkan ikut kursus
makeup dan nail art demi terlihat feminim. Aku mengubah gaya rambutku dan
memanjangkannya agar terlihat cantik di depannya. Semua yang kulakukan seperti
orang bodoh… Seharusnya aku sadar saat dia mengatakan ada gadis yang
disukainya, aku telah ditolak…
Trrr~ trrr~
trrr~ handphoneku berbunyi dan begitu aku melihat nomornya. Dong-hae. Aku
sengaja tidak mengangkatnya.
“Yoon-rae! Kau dimana?! Kenapa kau
tidak berada di klinik? Kau pergi kemana?” Dong-hae terdengar panik di telepon saat aku mendengar
pesan suaranya. Aku mengecek ada 12 misscall darinya.
Aku tidak
bisa.. kalau setiap hari harus bertemu denganmu yang semakin menjauh dariku…
Apa aku
harus pergi?
---------------------------------------------------------------------------------------
“Ternyata kau disini?” Dong-hae berdiri di belakangku.
Nafasnya terengah-engah. Ia sepertinya berlari mencariku.
“Aku mencarimu kemana-kemana. Aku
sudah meneleponmu berulang kali tetap tidak diangkat. Sudah kuduga kau akan
disini” katanya.
“Kau memang tidak berubah. Ada masalah apa?
Kau selalu kesini kalau ada masalah. Ceritakan saja padaku” katanya lagi.
Aku menatapnya.
Bagaimana mungkin aku bisa menceritakan padamu kalau itu mengenai dirimu? Aku
merasa air mataku akan menetes lagi. Aku berbalik dan pergi berlari.
Tiba-tiba…
“Aduhh sakit!” teriaknya. Aku langsung mendekatinya
dan panik, “Kau tidak apa-apa?!”
Tiba-tiba ia
memegang lenganku, “Tertangkap juga” katanya
tersenyum sambil menatapku.
“Kenapa kau berbohong?! Kau…
menyebalkan” ujarku.
“Padahal kau sendiri khawatir padaku
kan tadi?” jawabnya
“Kau.. kenapa dari dulu kau selalu
memohon bantuanku? Setiap ada masalah, kau selalu meminta tolong padaku…” kataku kesal
“Memang kenapa? Kalau kau tidak suka
padaku, pergi saja!” balasnya
dengan keras
Aku diam. Ia
masih memegang lenganku. Aku menunduk dan rasanya air mata ini semakin ingin
menetes,
“Aku ingin pergi… tapi tidak bisa. Padahal
aku sudah berusaha agar terlihat feminim. Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya
agar disukai.. Walaupun aku suka padamu, aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan agar kau menyukaiku.”
“Aku merasa hanya aku yang tersiksa.
Bagimu itu hanya hal biasa, tapi aku berdebar-debar karenamu… aku….”
Ia lalu
memelukku walaupun aku belum selesai berbicara. “Kau manis sekali.” Katanya sambil tetap memelukku. “Aku suka padamu” lanjutnya
“Aku tidak mengerti” kataku.
“Aku tiba-tiba tidak percaya diri
melihatmu secantik ini. Bahkan ada beberapa senior yang sepertinya menyukaimu.
Itu membuatku semakin tidak percaya diri, jadi aku meminta tolong supaya dapat
menjadi tipe pria yang kau sukai” katanya tersenyum
Aku
menatapnya dan akhirnya mengerti maksudnya. “Kau
menyukaiku?”
“Apa lagi yang harus kulakukan agar
kau mengerti kalau aku suka padamu? Ah bukan suka.. aku cinta padamu sejak
dulu.” Katanya. Ia
menatapku dengan senyum yang ia selalu tunjukkan padaku. Ah jadi selama ini
dia….
“Kau… menyebalkan.. Kenapa tidak
bilang dari awal? Kau membuatku putus harapan tahu!” kataku
Ia
mendekatkan wajahnya padaku dan menciumku. “Lebih
baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan?”
Aku
terdiam..
“Memang kau masih kurang kalau
kucium?” katanya, “Atau mau kucium lagi?” godanya
“Ah kau menyebalkan! Jangan
menggodaku seperti itu” kataku sambil berdiri dan pergi meninggalkannya
Ia langsung
tersenyum dan mengejarku.sepertinya ia tahu kalau pipiku sangat merah setelah
ia goda. Ia memegang tanganku, “Jangan
marah, sayang...” Godanya.
Kau yang
selalu kusukai.. mulai sekarang dan seterusnya aku akan terus menyukaimu Lee
Dong-hae…
FIN…
by: xiiufang
Huah akhirnya! hahaha~ FF pertama setelah vakum hampir 4 tahun! *berasa tua*
Nah silahkan di komen yah ^^ Setiap komen berarti banget buat ke depannya ^^
Thank you~
0 komentar:
Silahkan tulis komentar kalian, karena setiap komen kalian membantu blog dan author ^^